IOV Indonesia Youth Section

We travel around the globe spread the beauty of equator emerald

Selasa, 07 Oktober 2014

KOMUNITAS TARI FISIP UNIVERSITAS INDONESIA "RADHA SARISHA" di AMERIKA

Festival pertama yang diikuti oleh Tim KTF UI Radha Sarisha yaitu Springville World Folkfest 2014 dimulai sejak tanggal 28 Juli 2014. Hari pertama festival bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 1435H, sehingga sekitar jam 7 pagi tim menunaikan ibadah shalat Ied sebelum melaksanakan jadwal latihan pertama. Springville World Folkfest 2014 diadakan pada tanggal 28 Juli—3 Agustus 2014 di Springville Art Park dengan panggung terbuka yang dilatarbelakangi pegunungan. Selain tim KTF UI Radha Sarisha dari Indonesia, peserta festival lainnya berasal dari Belgia, Perancis, Polynesia, Australia, Bangladesh, Lithuania, Taiwan, dan Amerika Serikat. Sepanjang festival, tim dari setiap negara mendapatkan waktu penampilan selama maksimal 10 menit. Festival dimulai jam 5 sore setiap harinya. Pada salah satu hari festival, tim KTF UI Radha Sarisha diminta untuk mengajar Tari Saman di kelas Folk Dance Brigham Young University (BYU) di Provo. Tim KTF UI Radha Sarisha selalu mendapat sambutan dan apresiasi meriah disetiap penampilan kami, baik di panggung maupun di universitas.
Festival kedua yang diikuti oleh Tim KTF UI Radha Sarisha adalah Summerfest Dance Festival 2014 di kota Bountiful, Utah. Festival diadakan pada tanggal 4 Agustus—10 Agustus di Bountiful City Park. Selain tim KTF UI Radha Sarisha dari Indonesia, peserta festival lainnya adalah sebagian teman-teman dari festival sebelumnya yaitu Bangladesh, Lithuania, Taiwan, dan Amerika Serikat. Setiap harinya, setiap tim dijadwalkan pada penampilan siang dan malam hari dengan durasi masing-masing penampilan selama 30 menit. Selain panggung besar untuk tarian, festival juga menyediakan panggung yang lebih kecil untuk penampilan musik. Setiap penampilan kami setiap harinya, tim KTF UI Radha Sarisha selalu mendapat tepukan meriah dan standing ovation. Disela-sela waktu penampilan, kami dapat beristirahat atau berjalan-jalan bersama host families. Kota Bountiful dapat dikatakan sebagai kota kecil yang sangat indah dan damai karena disana hanya ada perumahan tanpa gedung tinggi dan tidak dijumpai kemacetan di jalanan.
Festival ketiga yang diikuti oleh Tim KTF UI Radha Sarisha adalah International Days 2014 di kota South Jordan, Utah. Festival diadakan pada tanggal 11 Agustus—17 Agustus 2014. Festival terakhir ini berbeda dengan festival-festival sebelumnya karena panggung pertunjukkan selalu mengambil tempat berbeda setiap harinya, seperti di High School, Middle High School, atau di Pusat Kegiatan Kota. Selain itu, setiap pagi tim KTF UI Radha Sarisha juga selalu mendapat jadwal untuk mengajar tarian di sekolah dasar. Selama workshop di sekolah dasar, secara bergantian tim mengajar Tari Saman dan Tari Gaba-gaba atas permintaan pihak sekolah karena tarian tersebut adalah tari favorit anak-anak. Setelah workshop dipagi hari, tim mengisi penampilan dipanggung utama hampir setiap malam. Di festival terakhir ini, peserta internasional hanyalah tim KTF UI Radha Sarisha dari Indonesia dan tim dari Bangladesh. Pada salah satu hari, tim KTF UI Radha Sarisha mendapat kesempatan untuk menjadi penampil tunggal di International Days 2014 dengan waktu penampilan sepanjang 75 menit. Festival ketiga ini menjadi festival penutup yang menyenangkan karena penampilan tim KTF UI Radha Sarisha selalu ditunggu-tunggu dan mendapat sambutan meriah dari penonton. Selain itu, hal lain yang membedakan festival terakhir ini dari festival sebelumnya adalah adanya Liaison Officer sekaligus Guide dari San Fransisco University yang merupakan mahasiswa/i dengan usia sebaya dengan kami.

T-ta Paramadina Mewakili Indonesia Mengikuti The International Youth Dance Festival 2014

Sebagai bentuk konsistensi kecintaan kami pada budaya Indonesia, pada tahun 2014 ini T-ta Paramadina kembali berkesempatan mengemban misi kebudayaan ke Macau. IOV Indonesia Youth Section telah mempercayakan T-ta Paramadina untuk mengikuti festival bergengsi yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini. Dalam festival ini, T-ta Paramadina mempersiapkan 5 buah tarian yaitu Tari Betawi Kembang Rumpi, Tari Piring Indang, Tari Zapin Langkak Pesisir, Tari Papua Mambri, dan Tari Saman. Dihelat oleh DSEJ Macau Education and Youth Affairs Bureau, event ini mengundang 20 negara dari berbagai belahan dunia. Negara-negara yang mendapat undangan yakni Australia, New Zealand, Turki, Finlandia, Yunani, China, Madagaskar, USA, Sri Lanka, Singapura, Hong Kong, Korea, Belgia, Russia, Macau, serta Indonesia. Treatment yang baik dari pihak festival kepada peserta, fasilitas yang serba lengkap, pengaturan jadwal kegiatan yang baik, membuat festival ini sukses dalam memberikan kesan yang baik kepada seluruh peserta festival.
Menjadi pengalaman baru bagi T-ta karena ini adalah festival pertama di Asia yang kami ikuti dan dengan jumlah peserta negara terbanyak. Sebelumnya, T-ta sudah berkesempatan melaksanakan misi budaya ke negara-negara di Eropa. Kemiripan rumpun dengan beberapa negara di Asia menjadikan ini sebagai tantangan baru, agar kami tetap mempertahankan kualitas kepenarian dan ciri khas kami di tengah corak negara Asia lain yang identik dengan kostum berwarna cerah serta kepenarian yang sangat baik. Satu hal yang sangat membuat kami bangga yaitu karena festival ini telah lama dinanti oleh Indonesia dan merupakan suatu kebanggaan bagi T-ta Paramadina ketika dipercaya dan ditunjuk oleh IOV Indonesia Youth Section sebagai tim pertama dari Indonesia yang dapat mengikuti festival ini.
Bagi kami, misi budaya adalah sesuatu hal yang tidak bisa terbayar oleh apapun, karena ini bukan sekedar berkunjung ke suatu negara. Kami mengemban suatu misi membawa nama budaya Indonesia untuk kami perkenalkan kepada dunia. Suka dan duka banyak kami lalui selama persiapan menuju Misi Budaya. Melalui proses latihan rutin yang berat dan panjang, fund-raising (penggalangan dana), serta pencarian sponsor kami lakukan demi tercapainya cita-cita misi budaya ini. Banyak sekali pengalaman berharga tak terlupakan yang kami dapatkan selama disana. Salah satu hal menarik yang kami alami adalah waktu festival di Macau yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan. Kondisi ini membuat tim kami semakin solid, karena kami harus tetap menjaga ibadah puasa sambil menjalankan aktivitas yang padat. Jadwal piket sahur pun kami bentuk, agar bisa saling membangunkan satu sama lain di waktu sahur agar tetap dapat menjalankan ibadah puasa di keesokan harinya. Mempersiapkan makanan sahur dan berbuka puasa juga kami lakukan bersama dalam tim, sesuai dengan pembagian tugas. Meskipun tidak bisa melaksanakan ibadah solat tarawih tiap malamnya, namun kami tetap merasakan suasana Ramadhan karena kami sudah sangat dekat selayaknya keluarga kedua. Keikutsertaan pembina dari IOV, Andris Adhitra pada misi budaya T-ta Paramadina kali ini juga sangat membantu dan membimbing kami langsung selama mengikuti festival di Macau untuk dapat menjadi tim yang lebih solid dan cekatan lagi.
Selain bertukar cerita satu sama lain dengan peserta dari negara lain, kami juga saling bertukar souvenir dengan teman-teman baru kami. Pada saat itu tentunya kami mempromosikan Indonesia sebagai negara yang sangat indah dan memiliki budaya yang beragam. Hingga saat ini, tidak sedikit dari kami yang masih saling berkomunikasi dengan teman-teman dari belahan dunia lain melalui situs jejaring sosial. Ratusan bahkan ribuan kata bahkan tidak bisa menjabarkan betapa bangganya kami bisa mewakili Indonesia untuk berpartisipasi mewakili Indonesia di salah satu festival yang luar biasa bersama IOV Indonesia Youth Section. Namun satu hal yang akan tetap kami yakini adalah we believe everything that comes from the heart, will touch the heart. That’s why we always dance from the heart. Dimana pun T-ta Paramadina menari, pasti akan selalu menari dari hati. We’re not professional dancers, but we dance like professionals 

Selasa, 13 Mei 2014

SD ISLAM AL IKHLAS memenangi Noble Music Performance for 10th Soverignity Fest Folk Competition

WARTA KOTA, BEKASI - Sebanyak 12 siswa SD Islam Al-Ikhlas, Jalan Cipete III Nomor 3 Cilandak, Jakarta Selatan memenangi salah satu lomba dalam festival seni kebudayaan tradisional yang digelar di Turki, Senin (21/4) hingga Jumat (25/4) lalu. Siswa-siswa perwakilan Indonesia itu memenangi Noble Music Performance for 10th Soverignity Fest Folk Competition, yang digelar di Ataturk Indoor Stadium, Sakarya, sekitar 140 kilometer dari Istambul, Turki. "Bangga sekali anak bisa ikut festival tingkat internasional. Ini pengalaman bagi anak saya, pengalaman ini nggak kebeli," tutur Ardhina Maharani (35), salah satu orangtua siswa. Arsyela Thalia Faradila, anak keduanya yang baru berusia delapan tahun, menjadi salah satu rombongan siswa yang memenangi festival kebudayaan tradisional itu. Ardhina tidak menyertai kepergian Arsyela ke Turki. Dia hanya menyambut kedatangan anak perempuannya itu di pintu kedatangan luar negeri, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Senin (28/4). "Saya percaya anak saya bisa mandiri, toh ada guru pendamping. Festival ini akan membangun wawasan dia, bagaimana berjuang membawa nama negara," imbuhnya tak bisa menyembunyikan kebahagian saat menyambut kedatangan anaknya itu. Arsyela Thalia Faradila mengaku telah berlatih memainkan alat musik angklung selama sebulan penuh sebelum rombongan berangkat ke Turki pada Sabtu (19/4). "Saya pegang angklung nada sol, disana kami memainkan dua lagu, I Have a Dream, dan Burung Kakatua," tutur Arsyela Thalia, di Bandara Soekarno-Hatta. Andris Adhitra, Ketua Rombongan mengatakan bahwa selain memainkan dua lagu itu menggunakan angklung, mereka juga membawakan tari giring-giring, dan tari piring. "Persaingan lumayan ketat, karena ada sepuluh negara yang terlibat dalam festival internasional ini," tuturnya, Senin (28/4). Kesepuluh negara peserta festival itu adalah Albania, Bosnia, Kataristan (negara pecahan Rusia), Rumania, Estonia, Bulgaria, Ukraina, Indonesia, Azerbaijan, dan tuan rumah Turki. Hendri Wardi, Wakil Kepala Sekolah SDI Al Ikhlas mengatakan bahwa keikutsertaan siswa sekolah itu dalam festival internasional merupakan program rutin. "Program kami, dua tahun sekali mengirimkan siswa ke luar negeri untuk mengemban misi kebudayaan Indonesia," tuturnya. Dua tahun lalu, kata dia, sebanyak 27 siswa ikut serta dalam festival serupa di Jerman. Dua tahun sebelum pengiriman perwakilan ke Jerman, juga ada 25 siswa yang mengikuti festival serupa di Turki. "Sebelumnya kami adakan seleksi, dari situ keliahatan mana anak yang bisa mandiri dan yang tidak. Anak-anak kami siapkan mentalnya sebelum berangkat," ujarnya. Saat ini, jumlah siswa SDI Al Ikhlas seluruhnya sebanyak 908 siswa dari kelas 1-6. Masing-masing kelas terbagi dalam lima rombongan belajar, satu rombongan belajar terdiri atas 30-32 siswa.

Selasa, 10 Desember 2013

IOV Undang SDN "Obama" Mentas di Filipina

IOV Undang SDN "Obama" Mentas di Filipina Selasa, 26 November 2013 19:51 JAKARTA- International Organisation Volkenfurst (IOV), sebuah lembaga kebudayaan dibawah naungan UNESCO mengundang SDN Menteng 01 atau yang biasa dikenal dengan sekolah Obama, untuk mengikuti International Folklore Festival di Tarlac City, Manila, Filipina pada 30 November hingga 9 Desember 2013 mendatang. Kepala Sekolah SDN Menteng 01, Ahmad Solihin mengatakan, sebanyak 28 siswa sekolah tersebut akan ambil bagian dalam acara yang dilakukan dalam misi memperkenalkan budaya Indonesia ke Luar negeri itu. "SDN menteng sangat bangga bisa dipilih untuk berangkat ke acara tersebut," ungkap dia di sekolahnya, Jakarta, Rabu (26/11/2013). Pihak SDN Menteng 01, lanjut dia, akan mengawali acara dengan melakukan audiensi oleh Dubes KBRI, Manila dan dilanjutkan audiensi di De La Sale University Manila. "Pada hari kedua hingga delapan kita akan berangkat ke Tarlac kurang lebih 4 jam," jelas dia. Adapun rangkaian acara International Folklore Festival tersebut antara lain, Workshop, Pentas di beberapa tempat yaitu, public park, university, public school, goverment, costume parade, Culture exchange, pertunjukan Tarian tradisional. "Tarian yang akan ditampilkan, Tari Tempurung, Tari Giring-giring, Tari Rampak Kipas, Tari Saman," papar dia. Selain itu, pada acara penutup yang juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Filipina, atase Kebudayaan Kedubes Filipina, Kasudin Dikdas Jakarta Pusat, Kepala Bidang SD, PLB Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, Komite Sekolah dan para sponsor. "Kita juga melakukan kegiatan charity sebesar 30 juta rupiah dan lelang lima lukisan anak yang terjual total 80 juta rupiah. diserahkan ke pemerintah Filipina melalui Dubes untuk korban topan Haiyan," pungkasnya. - See more at: http://radarpena.com/read/2013/11/26/9144/0/8/IOV-Undang-SDN-Obama-Mentas-di-Filipina#sthash.BOE6qehM.dpuf

Kamis, 26 September 2013

IOV INDONESIA YOUTH SECTION MENGIKUTI DANCE XCHANGE : THE INTERNATIONAL DANCE WORKSHOP AND FESTIVAL PUERTO PRINCESA, PALAWAN, 11-14 APRIL 2013

National Committee on Dance (NCCA) telah mengorganisir Dance Xchange : The International Dance Workshop and Festival dengan tema : “Cultural Connectivity through Dance“ yang diselenggarakan di Puerto Princesa, Palawan dari tanggal 11-14 April 2013. Festival in merupakan festival tahunan yang diselenggarakan setiap bulan April setiap tahunnya. Adapun tujuan diselenggarakannya the Dance Xchange ini adalah untuk mempererat jaringan diantara kelompok tari ASEAN dan wilayah lainnya, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dari para penari serta merupakan tempat untuk interaksi dan pembelajaran diantara para penari. Festival ini diikuti oleh peserta dari Inggris, Thailand, Hongkong, Indonesia, Korea Selatan, Jepang, Spanyol, Afrika Selatan dan beberapa kelompok tari dari Filipina. Indonesia diwakili oleh IOV (International Organization Volkenvurst) Indonesia Youth Section yang terdiri dari 1 orang Artisitic Director dan 10 orang penari. Pada hari Sabtu, 13 April 2013 KBRI Manila telah mendampingi IOV Indonesia Youth Section yang mengadakan Dance Workshop VIII di City Coliseum, Puerto Princesa, Palawan dari jam 13.30 – 15.30. Dalam kesempatan ini IOV Indonesia Youth Section mengajarkan tarian Saman dari Aceh kepada kurang lebih 120 orang peserta. Workshop ini mendapatkan sambutan baik dari panitia maupun peserta karena unik, indah dan energiknya tarian ini serta mudah untuk dipelajari. Pada akhir Workshop semua peserta dapat mengikuti tarian Saman secara utuh. Pada malam harinya IOV Indonesia Youth Section mengadakan pementasan pada acara “Dance Performance” di City Coliseum dengan menampilkan tari Betawi. Partisipasi Indonesia dalam Festival ini mendapatkan apresiasi dari National Committee on Dance sebagai penyelenggara karena dapat memperkaya khasanah tarian dunia yang ditampilkan dan diajarkan dalam festival ini. Manila, 15 April 2013 http://www.kbrimanila.org.ph/

Selasa, 24 September 2013

Komunitas Kiss - Buat Tarian Tradisional Jadi Fresh

Akhir-akhir ini, kita sering mendengar berita mengenai warisan budaya Indonesia yang diklaim negara lain. Banyak orang berpendapat bahwa masyarakat Indonesia memang tidak peduli dengan warisan leluhurnya, terutama generasi muda. Namun, komunitas KISS membuktikan bahwa opini tersebut salah. Kultura Indonesia Star Society atau KISS merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang peduli banget sama kelestarian musik dan tari tradisional Indonesia. Terbentuk pada Agustus 2012, komunitas ini diprakarsai oleh Steffi Stefani Sianipar, Priviliani Santoso, dan Andriesty Kusumaningrum. Mereka adalah penari muda yang beberapa kali berpartisipasi dalam misi budaya ke luar negeri. Pengalaman tersebut membawa mereka ke dalam satu pemahaman yang sama bahwa tari dan musik tradisional Indonesia amatlah indah dan beragam, bahkan dunia pun mencintainya. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi mereka untuk menyatakan indahnya kesenian Indonesia pada lingkungan di sekitarnya. Pada dasarnya, KISS punya tujuan menyebarkan kecintaan terhadap budaya Indonesia kepada anak muda. Mereka ingin menyampaikan pesan bahwa warisan seni tari dan musik tradisional tidaklah “tua”, apalagi ketinggalan zaman. “Kami mencoba mengemas budaya tradisional agar sesuai dengan kondisi saat ini. Tetap fokus pada esensi tari dan musiknya, namun dipromosikan dengan fresh dan up to date agar bisa diterima di kalangan muda,” ujar Steffi, salah satu pendiri KISS. Adapun cara mereka untuk mencari anggota cukup unik. Selain cara publikasi word of mouth, KISS membuat akun media sosial dan video yang dipublikasikan agar menarik minat orang yang melihatnya. Hasilnya, kini KISS telah memiliki banyak anggota tetap, mulai pelajar hingga para pekerja. Bahkan, banyak di antara mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya di bidang tari dan musik. Hal ini sesuai dengan prinsip mereka, yakni terbuka kepada siapa pun yang mau belajar untuk mengenal kesenian Indonesia. Sejauh ini, kegiatan rutin yang dilakukan KISS ialah latihan rutin sebanyak dua kali seminggu. Selama latihan, para anggota mempelajari tari dan musik tradisional yang diajarkan langsung oleh koreografer dan musisi profesional. Selain itu, KISS kerap kali diundang sebagai pengisi acara di berbagai acara,seperti Jakarta Islamic Fashion Week 2013. Pada bulan Agustus lalu, komunitas ini juga baru saja menyelenggarakan pergelaran tari yang dinamakan Benang Merah. Acara tersebut diadakan sebagai konser gelar pamit bagi para penari dan musisi yang hendak melakukan misi budaya ke Turki. Selama satu minggu, komunitas ini berpartisipasi dalam Afyonkarahisar Internantional Folk Dance Festivaldi kota Afyonkarahisar. Nah yang lebih membanggakan lagi, KISS merupakan satu-satunya perwakilan dari benua Asia di dalam festival tersebut! “Lewat misi budaya, kita berharap untuk bisa membantu pemerintah dalam mempromosikan kesenian Indonesia ke mata dunia,” tutur Steffi. Ironisnya, dukungan dari pemerintah merupakan salah satu hal yang sulit untuk didapatkan saat misi budaya kemarin, mengingat usia komunitas ini yang baru berjalan satu tahun. Namun, hal tersebut tidak menurunkan semangat para anggota KISS untuk terus berjuang menyebarkan kesenian Indonesia. Nah, bagi GenSINDOyang kagum dengan semangat komunitas ini, jangan ragu untuk ikut bergabung di KISS. Karena jika bukan kita yang menjaga kesenian Indonesia, siapa lagi?  OLEH: ESTER CAHAYA

Senin, 23 September 2013

The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Curtin University, Sarawak

About The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Curtin University, Sarawak Dates: 2014-01-20 – 2012-01-26 Location: Miri, Malaysia You are welcome to apply for the First IOV Asia Youth Congress Description The International Organization of Folk Art (IOV) Youth-Asia Congress 2014 Organisers:Curtin University, Sarawak - IOV Youth Asia Committee Date: 2014-01-20 – 2014-01-26 Location: Miri, Malaysia YOU ARE WELCOME TO APPLY FOR THE FIRST IOV YOUTH-ASIA CONGRESS: “Tastes of Asia - A Cultural Journey” Asian Peace through Cultural Understanding The IOV Youth Asia is proposing the First IOV Youth-Asia Congress, which is going to take place in Sarawak, Malaysia. Folk art and culture, intangible heritage, tradition and their applications in the 21st Cen­tury are the subjects that will inspire discussions, workshops and lectures during this week-long meeting. IOV Youth are professionals and students seeking new ideas and fresh approaches to their work as teachers, arts administrators, handicraft counselors and artists. They are also amateur hobbyists and students, whose interests include storytelling, singing, weaving and dancing. IOV Youth are brought together by a shared interest in folk art. Friendships are built and networks established that will last a lifetime; and when the IOV Youth Congress concludes, IOV Youth will have a better appreciation of folk art as a tool to build bridges to cultures and people. The 2014 Congress will focus on the issues and relationships of traditional food on life: Intangible Cultural Heritage of Food (Traditional Cultures, Religions, Medicine, etc.) UNESCO Mandate on the Intangible Cultural Heritage and Why We Should Protect It Shaping a New Narrative for Globalization, Consumption and Mass Production in the Global Economy IOV is a worldwide organization of individuals and institutions working to document, preserve, and promote all forms of folk art, both tangible and intangible. IOV sponsors national and international folk art festivals, as well as cultural exchanges of performing artists and visual art. Through scientific and pedagogical symposia and workshops, IOV supports scholarly research, documentation, and publication on a board range of topics relating to folk art and folk culture. The UNESCO 2003 Convention on the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, with its emphasis on research and documentation, and the 2005 Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural Expressions, provide the foundation for IOV programs and projects. OFFICIAL INVITATION TO THE THIRD IOV WORLD YOUTH CONGRESS, The International Organization of Folk Art/IOV, in consultancy relations with the United Nations Educational, Sci­entific and Cultural Organization/UNESCO is pleased to extend this Official Invitation to you to participate in The First IOV Asia Youth Congress 2014 , January 20-26, 2014. The congress is being organized by Curtin University Sarawak with the support of the IOV Youth Asia and IOV Board Congress theme “Tastes of Asia - A Cultural Journey” Participation The congress is open to IOV Youth members between ages 18 – 35. Applicants should be passionate about folk art and desire to take part in establishing the international network - IOV Youth. Applicants may be students, researchers, and activists, as well as young professionals and others interested in folk art and folk culture, folk art history, civil society administration and related fields. Because space is limited, confer­ence participation will be granted to no more than one hundred youth participants. There will be an initial limit of 5 participants from each country. We will also strive for equality in gender and diversity of cultural expression. Congress overview January 20 - Arrival of delegates (Airport Transfers from Miri Airport) January 21 - Formal Opening Ceremony: - Introduction to the Congress, IOV and ICH - Presentation of delegates from different countries, Creation of Working Groups City sightseeing January 22 - Plenary Session: - Keynote Speaker - Cluster discussions Cultural Night January 23 - Cluster discussions Sarawak Province Cultural Program Free time/ optional discussions or workshops January 24 - Practical workshops Free time/ optional discussions or workshops January 25 - Food festival by various culinary schools, participants, chef, industries, etc Open stage and Closing Ceremony January 26 - Departure of Participants Costs This congress is non-profit, however a commitment fee of 100USD will be charged to successful applicant. The fees will be used to help organize the congress while any gain from it will be redirected back to IOV. Methods of payment will be sent to successful applicants. The organizers and sponsors will cover the costs of your partici­pation in the congress program, including local transportation, accommodations, meals and airport transfer from Miri airport on January 20th and back on January 26th. The participants will cover the cost of their international travel, visas and medical insurance. Congress language The congress language is English. Translation services are not provided. Visa To find out if you need a visa to enter Malaysia from your country, please visit the website of the Malaysian immigration: http://www.imi.gov.my/index.php/en/main-services/visa/visa-requirement-by-country. Application Please follow the instructions in the application form and email it to iovyac2014@student.curtin.edu.my. Please apply no later than October 31st 2013 The Congress Organizing Committee will select the final participants based on the applications. Confirmation of acceptance will be sent no later than November 15, 2013. For more information on IOV please visit: www.iov-world.com or send an email to iovyac2014@student.curtin.edu.my Hope to see you in Malaysia IOV Youth-Asia Congress 2014